News


News, 30 Oktober 2011:


Legitimasi Presiden dan Wapres Makin Pudar 
     Sejumlah peristiwa "penyelonongan" yang dialami seperti I Nyoman Minta, tukang kebun yang menyelonong depan Presiden dalam pembukaan ASEAN Fair di Nusa Dua, Bali (24/10), atau Ikbal Sabarudin, aktivis Himpunan Mahasiswa Persis yang menerobos pengamanan Wapres Boediono saat memperingati Sumpah Pemuda di Bandung, membuktikan bahwa wibawa dan legitimasi rezim ini sudah sangat keropos.
     Gelombang aksi damai menuntut perubahan terus bergejolak di mana-mana, serta ungkapan kejengkelan dan kemuakan yang sudah disampaikan oleh hampir semua kalangan (pemuka agama, intelektual, politisi, mahasiswa, sopir taksi, pedagang asongan, petani dan ibu-ibu rumah tangga), tinggal menunggu waktu saja apa yang terjadi di belahan negara lain terjadi di negeri ini.
     Melihat kenyataan kredibilitas, integritas dan legitimasi Presiden dan Wapres yang terus mengempes, Adhie melihat ada tiga pilihan yang bisa dilakukan rezim SBY-Boediono yang membuat NKRI terancan disintegrasi dan kian terpuruk akibat dibiarkan dikangkangi para koruptor dan mafioso. Yaitu mengikuti jejak Soeharto yang setelah tahu legitimasinya kian amblas segera mundur (lengser keprabon). "Kalau memilih bertahan secara politik, akan berakhir seperti pemimpin Mesir Hosni Mubarak. Sedangkan kalau melakukan perlawanan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki (presiden), nasibnya tak akan jauh berbeda dengan Saddam Hussein di Irak, atau Muammar Khaddafi di Libya.

Tokoh Mudah dan Pilpres 2014 
     Tidak ada figur atau tokoh muda yang kuat untuk maju sebagai calon presiden dalam pemilu 2014 mendatang. Tokoh muda bermasalah melulu. Wajar kalau kepercayaan masyarakat menurun, penilaian dan pengharapan menurun. Tokoh muda zaman sekarang tidak seperti zaman dulu. "Dulu, tokoh muda banyak tak diiringi masalah. Sekarang justru sebaliknya, banyak yang bermasalah.  Peran ormas kepemudaan juga dinilai menurun. Secara organisasi lebih banyak yang memperlihatkan masalah seperti kepengurusan kembar hingga banyaknya kutu loncat. Hal itu, berkorelasi dengan turunnya kualitas dan pandangan masyarakat terhadap tokoh-tokoh muda. 

Tokoh termuda Polit Biro CC PKI, Subandi Rewang Parto
     Tokoh termuda Polit Biro CC PKI, Subandi Rewang Parto, 83 tahun, meninggal dunia karena sakit tua di rumahnya di Wonowoso, Kelurahan Mojosongo, Solo, Jawa Tengah. Semasa rezim Orde Lama, Rewang sangat aktif dalam politik dan menjadi tokoh elite PKI dibawah kendali sang ketua DN Aidit. Dalam perjalanan politiknya, Rewang kawin dengan Sri Kayati, eks tapol yang sempat mendekam di penjara khusus perempuan di Pantungan, Kendal. 
     Karier politiknya berakhir setelah ditangkap aparat keamanan dalam Operasi Trisula di kawasan hutan pawengkon Blitar, Jatim, bersama Sekretaris Polit Biro CC PKI Oloan Hutapea. Pemuda Rewang kemudian harus menjalani hukuman 20 tahun penjara, setelah lolos dari tuntutan seumur hidup pada era Rezim Orde Baru.

Sumber: Metro TV